Selasa, 28 Februari 2017

Memilih untuk Berkutat dengan Angka

Sebagai mahasiswi tingkat akhir, tentunya saya harus melewati yang namanya tugas akhir atau sebut saja tesis. Untuk tesis saya mengambil metode kuantitatif yang nggak jauh-jauh dengan yang namanya angka-angka dan statistik. Jadi saya akan "menjatuh cintakan" diri saya terhadap dua hal tersebut agar bisa segera menyelesaikan tesis dan akhirnya sidang tesis, wisuda, dan bisa mengakhiri masa LDM (can't wait 😆 )

Sering kali saya lihat ada jasa statistik yang menawarkan bantuannya untuk mengolah data. Sempat kepikiran sih saya, tapi saya mengurungkan niat dan memilih untuk belajar mengolah datanya sendiri. Jika kalau pada akhirnya, saya mengalami kesulitan biasanya saya berkonsultasi dengan teman saya yang capaiannya sudah lebih dulu atau yang saya anggap lebih pandai daripada saya.

Alhamdulillahnya, saya masih ada buku yang dulu saya gunakan saat mengolah data skripsi. Buku itu lumayan jelas penyampaiannya dalam memberikan panduan langkah-langkah mengolah data. Sekarang saya masih tahap mengkodekan dulu jawaban-jawaban dari responden penelitian saya. Ini hikmah yang saya coba pikirkan karena saya melakukan sendiri penelitian saya : 
  1. Saya belajar lebih banyak mengenai statistik
  2. Saya nantinya lebih mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dalam proses penyusunan tesis
  3. Saya lebih paham mengenai apa yang saya buat (Jadi kalau ditanya-tanya, bisa jawab hehehe)
  4. Menghemat dana penelitian (karena jasa statistik tidak semurah nasi kucing 😈)
#level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Senin, 27 Februari 2017

Setiap orang punya waktu untuk mandiri

Hari senin, 27 Februari 2017
Kemandirian yang dilatih : menghapal surat al-alaq

Kemarin saya berhasil untuk menghapal surat al bayyinah, alhamdulillah agar tetap ingat saya amalkan dengan membacanya tiap solat. Dengan dibaca terus menerus insyaallah jadi lebih melekat dan bisa terus diamalkan

Pagi ini saya menghapal surat al-alaq,dulu saya pernah hapal tetapi lupa
Awalnya saya mulai dengan audio dulu sambil membaca, tapi ternyata efektif jika saya sudah membaca dulu baru mendengarkan audionya. Saya agak blepotan jika mendengar berbarengan dengan menghapal.

Lagi asyik-asyik menghapal ternyata wa saya bunyi, temen sekelas saya japri yang menurut saya kok pas ya dengan situasi sekarang. Lagi dan lagi , saya anggap ini pesan Allah untuk saya. Ini pesannya :

Copas dari grup sebelah

ZONA WAKTU

New York 3 jam lebih awal dari California, Tapi tidak berarti California lambat, atau New York cepat. Keduanya bekerja sesuai "Zona Waktu"nya masing-masing.
 Seseorang menikah usia 20 th dan menunggu 10 tahun utk memiliki momongan.

Ada juga yang menikah usia 25 memiliki momongan dalam setahun usia pernikahannya.

Jadi tak ada yg ketinggalan

Seseorang lulus kuliah di usia 22th, tapi menunggu 5 tahun utk mendapatkan pekerjaan tetap;

yang lainnya lulus di usia 27th dan langsung bisa bekerja.
Jd tak ada yg tertinggal.

Seseorang menjadi CEO di usia 25 dan meninggal di usia 50 saat yg lain menjadi CEO di usia 50 dan ghidup hingga usia 90th.

Seseorang belajar bahasa Arab sejak usia SD tapi wafat saat usia 45 tahun. Yang lain baru belajar Quran di usia 63 tahun, tapi mampu membaca nya hingga usia 95 tahun, karena di karuniakan kepadanya usia yang panjang nan berkah.

Maka jangan pakai alasan usia sudah (terlalu) tua hingga enggan menghafal Al Qur’an. Jangan redupkan azam untuk menghafal 30 Juz Al Qur’an di usia berapapun kamu sekarang.

Karena setiap orang bekerja sesuai "Zona Waktu"nya masing-masing.

Seseorang bisa mencapai banyak hal dengan kecepatannya masing-masing.
Bekerjalah sesuai "Zona Waktu"mu.

Kolegamu, teman-teman, adik kelasmu mungkin "tampak" lebih maju. Mungkin yang lainnya "tampak" di belakangmu.

Setiap orang di dunia ini berlari di perlombaannya sendiri, jalurnya sendiri, dlm waktunya masing-masing. Allah punya rencana berbeda untuk masing-masing orang. Waktu berbeda utk setiap orang. Obama pensiun dr presiden di usia nya yg ke 55, dan Trump maju di usianya ke 70.

Jangan iri kepada mereka atau mengejeknya...

Itu "Zona Waktu" mereka.
Kamu pun berada di "Zona Waktu"mu sendiri!

Kamu tidak terlambat. Kamu tidak lebih cepat. Kamu sangat sangat tepat waktu! Tetaplah kejar keberkahan Allah…agar sampai pada muara kebahagiaan di surgaNya..

Kamu di "Zona Waktu"mu!

Yang kamu perlukan hanyalah satu : kesungguhan. Sungguh-sungguh.
مَنْ جَدّ وَ جَدًّ.
Bukankah itu motto-mu yang terkenal..?

Semoga Allah selalu Ridho dengan segala aktivitas kita..aamiin

Ya allah,nikmatmu sunggu baik padaku. Diingatkan secara halus. Sebenarnya pesan ini tidak cuma bisa untuk menghapal alquran saja, tapi juga bisa untuk segala macam urusan. Jangan terlalu suka membandingkan diri dengan orang lain,karena Allah selalu punya yang terbaik untuk kita. Kita cuma bisa bersungguh-sungguh hingga waktunya tiba.

#level2
#kuliahbunsayIIP
#melatihkemandirian


Minggu, 26 Februari 2017

Pesan allah untuk melatih kemandirian saya

Hari ini saya melanjutkan untuk melatih kemandirian saya di hari sebelumnya, saya masih bertekad untuk menghapal setidaknya jus 30.
Yang saya lakuin pagi ini adalah, setelah subuh saya baca quran dilanjutkan dengan hapalan. Saya juga menambah metode belajar saya dengan mendengarkan surat alquran yaitu al bayyinah dari rekaman bacaan quran yang saya miliki. Saya akui metode ini cukup efektif bagi saya, 4 ayat nyantol di otak saya.
Hapalan saya lanjutkan lagi di mesjid rsup dr sardjito, setelah pagi-pagi saya ambil data,ada jeda waktu untuk ambil data selanjutnya. Sekitar 1 jam saya d mesjid itu, alhamdulillah hapal 1 surat.
Sore ini ada broadcast dari grup wa, lha kok pas tentang kemandirian yang saya ambil untuk memantaskan diri saya. Saya share ya walaupun agak panjang, tapi ini sebagai renungan terutama untuk saya sendiri :
Berikut ini adalah delapan hal yang insyaaAllah membuat kita merasa nikmat menghafal Al-Qur’an. Tips ini kami dapatkan dari ust. Deden Makhyaruddin yang menghafal 30 juz dalam 19 hari (setoran) dan 56 hari untuk melancarkan. Tapi uniknya, beliau mengajak kita untuk berlama-lama dalam menghafal.


Pernah beliau menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantren beliau…


“Ustadz, menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa khatam?”


“SEUMUR HIDUP”, jawab ust. Dede santai.


Meski bingung, Ibu itu tanya lagi, “Targetnya, Ustadz?”


“Targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN.”


“Mmm…kalo pencapaiannya, Ustadz?”, Ibu itu terus bertanya.


“Pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH”, kata ust. Deden tegas.


Menggelitik, tapi sarat makna. Prinsip beliau : CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari SYETAN.


Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu satu jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yang penting durasi satu jam.

Mau tahu lebih lanjut, yuk kita pelajari delapan prinsip dari beliau beserta sedikit penjelasan dari saya.


1. MENGHAFAL TIDAK HARUS HAFAL

Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun. Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.


2. BUKAN UNTUK DIBURU-BURU, BUKAN UNTUK DITUNDA-TUNDA

Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu jam lho. Masak untuk urusan duniawi delapan jam betah :) . Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?

So, jangan buru-buru. Tapi ingat, juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’.


3. MENGHAFAL BUKAN UNTUK KHATAM, TAPI UNTUK SETIA BERSAMA QUR’AN.

Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR. Tapi kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar”, ya kan? Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam). Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN. Untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.


4. SENANG DIRINDUKAN AYAT

Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe. Coba dibaca arti dan tafsirnya. Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.


5. MENGHAFAL SESUAP-SESUAP

Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafal-pun demikian. Jika “’amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “’amma” diulang-ulang. Jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “’anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang. Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.


6. FOKUS PADA PERBEDAAN, ABAIKAN PERSAMAAN

“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman. Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka
ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.


7. MENGUTAMAKAN DURASI

Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap. Serahkan satu jam kita pada Allah.. syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…


8. PASTIKAN AYATNYA BERTAJWID

Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.


NB:

Setiap point dari 1 – 8 saling terkait.

Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi. Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.


Kami yakin ada yang tidak setuju dengan uraian di atas. Pro-kontra hal yang wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan. Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama-lama berkutat dalam mencari metode menghafal yang cocok dan pas. Dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yang marketable. Percayalah, satu metode itu untuk satu orang. Si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y. Yakini saja sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.


Satu lagi seringkali teman kita menakut-nakuti, “Jangan ngafal. Awas lho, kalo lupa dosa besar”. Hey, yang dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA. Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar?

Oke ya. Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Amin

Tulisan di atas, saya anggap pesan Allah untuk saya karena tepat sesuai dengan yang saya alami. Karena pesan allah kepada hambanya, selalu ada namun sering kali tidak d sadari. Semoga saya makin giat untuk memandirikan diri saya ya ^_^


#level2
#kuliahBunSayIIP
#melatihkemandirian

Sabtu, 25 Februari 2017

Bismillah Memantaskan Diri

Bismillahirrahmanirrahim
Siang tadi saya memutuskan untuk benar-benar mencoba membulatkan tekad untuk memantaskan diri agar segera Allah titipkan amanahnya berupa buah hati kepada saya dan suami. Dari situlah saya mencoba untuk memandirikan diri untuk mencoba hapalan jus 30. Ingin rasanya punya anak soleh dan hafidz, tapi kok malu rasanya saya baru punya hapalan surat pendek yang bisa dihitung dengan jari.

Selepas maghrib tadi saya mencoba membaca surat di jus 30 dan pelan-pelan tanpa membuka halaman di Alquran. Dulu sewaktu kecil saya pernah hapal, namun sudah lupa. Saya masih harus mengulang untuk mempelajari al-bayyinah kembali. Agak susah memang karena masih saya sambi dengan pekerjaan lain. Saya akan mencoba metode dengan mendengarkan audio bacaan qur'an untuk membantu saya untuk dapat menghapal. Di kelas matrikulasi sebelumnya, saya menyadari bahwa saya lebih menyukai pola belajar yang audio visual, dengan gambar-gambar dan suara.

Memulai sesuatu memang lebih mudah dibandingkan untuk menjaga konsistensinya, doakan saya istiqomah ya, minta doanya juga supaya segera Allah titipkan amanah buah hati untuk saya dan suami. Semoga Allah menghitung kemandirian ini sebagai upaya saya untuk memantaskan diri menjadi seorang ibu 🙏

#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Jumat, 24 Februari 2017

Saya Pasti Bisa! (Episode 2)

Lanjutan cerita yang sebelumnya, saya melanjutkan latihan kemandirian saya untuk menyetrika baju (Tolong abaikan penampakan kamar saya yang berantakan☺). Kesulitan pada awalnya adalah ingin menunda, padahal sebelumnya baju-baju yang sudah kering sudah langsung saya lipat. Oh iya, sebelumnya saya sempat berpikir untuk ikut dalam Gerakan Tanpa Setrika (GTS) walau hanya untuk 1 bulan. Tetapi sepertinya itu hanya karena diri saya yang tidak bisa melawan rasa malas hehehe.
Kenapa sih saya memilih untuk melatih kemandirian saya yang merupakan sesuatu yang simpel banget dan merupakan rutinitas para ibu?
Jawabannya mungkin hampir sama dengan hikmah kemandirian cuci baju sebelumnya seperti melatih kesabaran, ketelitian, olahraga, dan juga menghemat pengeluaran.
Bagi saya, setrika dapat mengisi waktu luang walaupun saat ini waktu luang adalah hal yang ingin dicari. Ini juga sebagai sarana saya belajar untuk menjadi istri dan ibu yang sesungguhnya. Pekerjaan rumah tangga nantinya tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari dan saya juga belum rela untuk melepas pahala pekerjaan rumah tangga yang harusnya milik saya menjadi milik asisten rumah tangga atau pegawai laundry. Tampak idealis tetapi semoga bisa menjadi motivasi saya untuk konsisten, untuk istiqomah menjadi istri dan ibu yang solehah.

#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 23 Februari 2017

Saya Pasti Bisa!


Sebagai anak kos dan di musim hujan seperti ini, kemandirian yang ingin saya terus latih sekaligus untuk melawan rasa malas saya adalah mencuci baju sendiri hingga menyetrika baju. Kalau dipikirkan itu simpel banget ya, tapi godaan hujan dan kesibukan yang semakin bertambah kadangkala membuat mencuci baju itu adalah pekerjaan berat, terutama cuci baju manual alias tanpa bantuan mesin cuci. Ditambah lagi setiap hari melewati laundry dengan harga memikat.
Keterampilan mencuci baju ini banyak juga lho manfaatnya, diantaranya:

  1. Cuci baju dapat menjadi ajang olahrga dikarenakan gerakan manual gosok-gosok, bilas, angkat, jemur baju.
  2. Cuci baju melatih kesabaran. Dari menunggu rendeman cucian dengan detergen dan juga dilanjutkan menunggu rendeman pewangi.
  3. Cuci baju sendiri dapat menghemat pengeluaran (terutama untuk anak kos seperti saya).
Sekian cerita saya hari ini, doakan saya istiqamah ya. Kemandirian diracik dari niat-niat untuk menjadi lebih baik, dibumbui dengan konsistensi. Saya Pasti Bisa :)

#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 16 Februari 2017

Lika-Liku Tantangan 10 hari Komunikasi Produktif

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah
Mungkin kalimat tersebut yang bisa saya katakan untuk mengungkapkan rasa yang saya rasakan setelah menyelesaikan tantangan ini. Tantangan ini menurut saya gampang-gampang susah, gampangnya adalah sebenarnya dapat dilakukan sehari-hari dengan obrolan ringan dan santai, susahnya bagi saya adalah konsisten untuk menulis dan melaporkan setiap hari.
Kebetulan saya pulang kampung ke rumah orangtua, mertua, dan juga mengunjungi kampung dari suami, sehingga tidak setiap hari memiliki kesempatan untuk menuliskan tantangan-tantangan yang sudah saya lakukan. Saya juga tidak terlalu nyaman untuk menuliskannya di media sosial, walaupun ada beberapa yang saya posting di instagram. Bisa dibilang saya berada dalam tahap heteronomi karena belum terlalu konsisten dan masih ada jeda dalam penulisan dari tantangan komunikasi produktif ini.

Dalam prosesnya, saya menyadari kadang komunikasi saya dipengaruhi oleh emosi yang saat itu saya rasakan. Namun, setelah mendapatkan materi dan review insyaallah saya akan mencoba lebih baik. Belajar berbicara, belajar berkomunikasi, dan tidak hanya bertelepati dan menebak-nebak isi pikiran orang lain. Dukungan suami yang saya dapatkan juga insyaallah menjadi pendorong untuk diri saya untuk berlaku konsisten dalam suatu hal.

Jumat, 10 Februari 2017

I'm lucky to have u

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah
Bersyukurnya saya hari ini adalah saya didampingi oleh suami yang hebat. Ia mampu mendengarkan cerita saya yang panjang lebar, kadang loncat-loncat, nggak jelas, dan sebagainya. Seperti hari ini, ia mau mengobrol di telpon hanya untuk menemani saya yang bosan sendirian di kosan.
Sepertinya ini yang namanya jagung bakar es krim
"Lagi apa yah? nonton pa*i ya?"
"iya"
"bahasan hari ini tentang apa"
"jagung yang warnanya ungu, trus ada juga jagung bakar yang diolesi es krim"
"wah aneh juga ya, itu jagung bakarnya dikasi bumbu gitu ga ya?"
"nggak tau juga sih"
"es krimnya rasa apa?"
"vanila deh itu kayaknya"
"hmm kayak apa ya rasanya ya, trus itu apa nggak meleleh ya es krimnya?"
"nah itu, masa iya jagung bakarnya dimasukin kulkas trus dikasi es krim"
"hmm, apa kayak es krim goreng gitu yaa jatuhnya"
hehehe percakapan di atas contoh obrolan kami yang ringan dan santai hari ini. Dengan suami saya, saya bisa bercerita, wawasan saya bertambah, dan juga berdiskusi santai untuk membunuh kerinduan kami.  So, i'm lucky to have my husband :)

#hari10
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 09 Februari 2017

Pentingnya Menghargai Perbedaan

Perbedaan ada di sekitar kita, walaupun kembar tiap individu memiliki keunikannya sendiri. Konsep ini sebenarnya penting untuk kita pahami dan mengerti sehingga ketika menemukan perbedaan dengan orang lain, hal tersebut tidak menjadi penghalang atau tembok pemisah, termasuk perbedaan dalam komunikasi. Frame of reference (FOR) dan frame of experience (FOE) tentunya berbeda sehingga ini akan mempengaruhi setiap orang dalam berkomunikasi. 
Ketika kita paham adanya perbedaan, maka kita tidak baper, tidak bertanya-tanya kenapa orang ini ngomongnya bagi kita teriak, namun bagi mereka merupakan logat dan itu hal biasa. Tidak baper ketika bagi mereka obrolan tersebut hanyalah candaan namun bagi kita suatu hal yang serius. Perbedaan menjadikan komunikasi bervariasi dan membuat kita tumbuh untuk dapat berkomunikasi dengan berbagai macam orang.
Jadi hari ini saya belajar memahami FOR dan FOE teman baru saya, Dengan mengobrol dan mendalami karakter seorang teman, kita bisa mengetahui perbedaan diri kita dengan orang tersebut. Perbedaan tersebutlah yang nantinya saya akan saya jadikan ilmu dan pengalaman dalam berkomunikasi dengan berbagai macam orang yang nantinya saya temui. :) 

#hari9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 08 Februari 2017

Berkomunikasi yang Berkualitas

Bagi saya komunikasi berkualitas itu ketika dua orang saling bertukar pikiran, berdiskusi dan ketika selesai berkomunikasi ada kesan setelahnya. Kalau untuk wanita ada kelegaan setelah mengobrol dengan seseorang. Artinya di sini ada timbal balik, tidak hanya berbicara namun juga ada sesi mendengarkan juga. 
Siang ini saya seperti biasa mengobrol dengan suami saya via telpon. Waktunya lebih lama dari hari kemarin, bahasannya juga menjadi lebih banyak. Tetapi saya merasa ada yang kurang, mungkin karena topik kami belum berubah atau gangguan sinyal yang hilang timbul. Di sini saya menyadari bahwa topik bahasan dalam mengobrol juga menentukan berkualitasnya komunikasi. Apabila berturut-turut membahas topik yang sama maka akan terasa monoton. Saya menemukan trik bahwa apabila topik sebelumnya memang belum selesai dibahas dan itu merupakan hal penting namun tidak terburu-buru, maka perlu jeda waktu untuk membahasnya sehingga satu sama lain lebih merasa nyaman dalam berkomunikasi.  :)

#hari8
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 06 Februari 2017

Perlunya Mengontrol Emosi dalam Berkomunikasi

Hari ini saya mencoba membuka obrolan dengan suami. Tema yang kami bicarakan mayoritas masih seputar rencana perjalanan kami bulan ini yang sebelumnya belum mencapai kesepakatan. Suami saya membuka dengan pertanyaan kejadian yang saya alami hari ini. Kejadiannya tidak terlalu menyenangkan sehingga saya hanya membahasnya sedikit dan memintanya untuk tidak melanjutkan membahasnya lagi, karena saya pikir saya telah membiarkan itu berlalu dan tidak ingin mengungkitnya.
Mungkin akibat hari yang tidak terlalu menyenangkan dan bahasan kami yang memang belum mencapai kata mufakat, saya sempat sedikit emosi walaupun hanya sepersekian detik hahhaa. Ilmu komunikasi produktif yang saya dapatkan rasanya tiba-tiba hilang dan saya merasa sedikit gagal. Setelah itu, saya berpikir bahwa ilmu komunikasi yang telah kita coba terapkan selaras dengan pentingnya ilmu dalam mengontrol emosi. Emosi selalu hadir tanpa kita sadari, namun emosi masih dapat kita kendalikan. Pilihannya adalah dikontrol emosi atau mengontrol emosi :)

#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#Kuliahbunsayiip

Minggu, 05 Februari 2017

Ketika Kami Berbicara

Minggu, 05 Februari 2017

Karena adanya jarak di antara kami walaupun sudah berstatus yang halal, telepon merupakan hal penting bagi kami. Insyaallah selalu ada komunikasi dan cerita yang kami bagikan setiap harinya. Seperti hari ini, saya menghubungi suami setelah pulang dari kajian Parenting yang saya hadiri. Sebelum saya bercerita, saya bertanya apakah saya bisa bercerita dan membagikan pengetahuan yang saya dapatkan. Hal ini untuk memastikan apakah suami saya siap untuk menyimak dengan baik dan dapat mendengarkan serta memahami informasi yang akan saya bagikan. Ketika ia sudah mengatakan iya, baru saya memulainya.
Komunikasi kami hari ini berisi mengenai pengetahuan mendidik anak, kemudian kami sempat membahas rencana perjalanan kami. Ketika kami sudah sama-sama siap untuk berkomunikasi, pembicaraan yang kami lakukan cukup simpel namun dapat menimbulkan interaksi yang lebih dalam di antara kami. Seperti ilmu yang hari ini saya dapatkan yaitu keteladanan, keteladanan kami untuk berkomunikasi yang produktif insyaallah akan dapat membantu kami dalam mendidik anak-anak kami nantinya. :)



#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip  

Jumat, 03 Februari 2017

Cerita tante Ina dengan Mas Zaky

Seminggu di Bali tante Ina alhamdulillah bisa sering bareng mas zaky. Mas Zaky lengket kayak perangko, nah di situ lah tante Ina memanfaatkan momen untuk menggunakan ilmu kuliah bunda sayang tante Ina ke mas Zaky,  Contohnya kemarin waktu mas Zaky diajak ke Banyuwangi, tante Ina memberi dua pilihan :

  1. Zaky mau ikut ke Banyuwangi bareng om Gemet dan tante Ina, bisa jalan-jalan dan ada teman baru yaitu saudaranya om Gemet, tetapi nginep dan umi nggak ikut.
  2. Zaki tidak ikut ke Banyuwangi jadi bisa di rumah sama umi, tetapi nggak sama tante Ina dan om Gemet.
Dari pilihan itu, mas Zaki memilih untuk tetap sama uminya walaupun berulang-ulang ditanya (Sebelum diberi pilihan, Zaki bilang mau ikut ke Banyuwangi). Tante Ina sering kali memberikan pilihan ke mas Zaky supaya mas Zaky belajar mengambil keputusan dan menerapkan demokrasi di antara kami hahaha.\
Sekarang mas Zaky juga sudah malu-malu dan bisa cebok sendiri lho, jadi waktu ke kamar mandi kalau buka celana di luar kamar mandi dan ada orang lain dia sudah bilang malu hihihi lucu ya. Waktu dia ke rumah utinya dan nggak mau ditunggu waktu bak, setelah selesai dia bilang gini "sudah cebok dan sudah zaky siram yang banyak" alhasil tante Ina langsung bisa menerapkan ilmu lagi. "Wah mas zaky pinter, sudah cebok dan siram yang banyak habis pipis." Mata zaky langsung berbinar lho mom. Jadi ketika kita memuji anak, sertakan alasannya sehingga anak tahu apa yang dilakukan itu sesuatu yang baik.
Seminggu bersama mas Zaky memang menyenangkan, semoga bisa diberikan rezeki untuk bisa main-main lagi sebelum dia tumbuh besar dan malu untuk nempel dengan tantenya :)

#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip